Ke-2X

01:00 AM. Awal menulis.01:46 AM. Selesai menulis.
Sambil berpikir dan terus mengetik, aku turut melibatkan indera pendengaranku. Di sini hujan. Aku udah dengerin suara hujan deras malam ini sejak beberapa menit yang lalu. Semakin deras seiring berjalannya waktu. Rasanya saat ini, satu persatu kenangan lama dipanggil keluar dari tempatnya sembunyi. Tanpa dikasih aba-aba, tiba-tiba aja postinganku 13 tahun lalu terlintas di kepala. Postingan ini.
Postingan waktu aku masih 16 tahun. Masih remaja. Masih lugu. Masih percaya kalau dunia bakalan baik-baik aja asal kita punya niat baik.

Aku nulis panjang waktu itu, bener-bener curhat mode on. Ngucapin ulang tahun ke diri sendiri, nulis postingan blog dengan leluasa karena sedang sendiri, nulis banyak harapan seakan semua tampak memungkinkan untuk terwujud.

Baca postingan itu sekarang tuh rasanya... nano-nano. Antara mau ketawa sendiri, bikin terdiam sejenak karena ternyata udah belasan tahun berlalu, sama pengen peluk dan pukpuk-in diri sendiri sambil bilang "thank you for surviving this far."

Salah satu yang ngena di postingan itu adalah tentang 'harapan mini' aku. Waktu itu aku pengen banget banget banget ke puncak Sangatta bareng 'dia'. Waktu nulis itu, aku masih 75% yakin bahwa chance buat kejadian tuh besar. Aku pernah ke sana bareng dia, tapi ternyata situasinya nggak strategis jadi kita berdua hanya bisa lewat aja. Yap, hidup malah pilih jalur dua puluh lima persen. 

Nyatanya, aku ke puncak itu... tapi sendirian. Bukan cuma sekali. Tapi berkali-kali setelah itu.

Dan yang lebih 'lucu' in a painful way, aku nggak pernah sekalipun ke sana lagi sama dia. Bukan karena aku nggak mau. Tapi karena, ya, jalan kita udah berbeda. Yang tadinya searah, perlahan-lahan bertolakbelakang, hingga akhirnya berjarak semakin jauh.

Aku belajar bahwa berharap itu sah-sah aja, tapi harus siap juga buat menerima apa pun realita yang terjadi. Harapan yang terlalu tinggi tanpa persiapan mental bisa jadi senjata makan tuan.

Aku juga belajar banyak bahwa pada kenyataannya, orang yang saat ini ada di sisi kita, nggak selamanya akan selalu ada di sekitar kita. Jadi manfaatkan waktu dan momentum sebaik-baiknya supaya nggak ada penyesalan yang datang di kemudian hari.

Oh ya, di tulisan itu aku juga make a wish. Anehnya aku saat itu, aku malah nulis banyak harapan, berasa lagi nyusun bucket list. Itu mah bukan A WISH, tapi TOO MANY WISHES.

Kalau ditanya apa aku masih suka berharap? Of course. Namanya juga manusia biasa.

Tapi aku rasa, berharapnya dulu dan sekarang beda pola pikir.

Mungkin harapan-harapanku nggak semuanya tercapai. Bahkan banyak yang gagal total. Aku nggak tahu apa yang akan datang ke depannya, tapi satu hal yang aku yakin: hidup itu ada aja kejutan.